Mungkin apa yang saya alami sekarang bertolak belakang dengan yang saya impikan. Dan mungkin juga sebagian orang yang pernah saya cemooh karena “cuma” jadi ibu rumah tangga, akan mentertawakan saya. Tapi saya ga peduli. Saya sudah jatuh cinta dengan pekerjaan yang merupakan ladang pahala ini. Saya gak perlu lagi mikirin lembur, atau dead line perusahaan, gaji yang gak naik-naik, atau hal-hal lain. Tugas utama saya hanya taat pada suami, menjaga harta suami dengan baik dan mengurus anak-anak dengan baik hingga mereka yang semuanya perempuan menjadi anak-anak yang sholehah. Saya tidak perlu karir di luar rumah, karena bagi saya rumah tangga adalah karir yang sesungguhnya.
Mungkin tidak banyak yang menyadari, bahkan mereka yang berstatus sebagai istri dan perempuan, bahwa dibalik prestasi seorang anak, ada peran ibu di dalamnya. Jika secara langsung sang ibu tidak berperan, tapi doa yang dipanjatkan di setiap sholatnya, adalah bukti dukungan terhadap anak-anaknya. Selain itu, jika seorang suami memiliki karir yang gemilang di peruasahaan atau tempat bekerja, jangan lupa, ada doa dan air mata sang istri di belakangnya. Terlebih jika sang istri ikut bersusah-susah merintis usaha dari nol. Pendeknya keberhasilan sebuah keluarga, ya tidak akan lepas dari peran besar seorang ibu.
Hebat ibu ulan...gw belum nyampe pemikiran kayak ulan.
BalasHapusthx ya mama syifa...
BalasHapus